Kamis, 22 Desember 2016

"Sejarah Kolonialisme Belanda di Indonesia”.



KATA PENGANTAR

            Alhamdulilah puji syukur kita panjatkan kepda ALLAH SWT  yang masih memberikan nafas kehidupan, sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya dengan judul”Sejarah Kolonialisme Belanda di Indonesia”. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada ibu Ida Hasanah, MA.  sebagai dosen pengasuh mata kuliah Sejarah dan Kebudayaan Indonesia.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat dan khususnya bagi pembaca pada umumnya. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis berharap bagi pembaca dapat memberi kritik atau saran yang membagun untuk kesempurnaan makalah ini.



DAFTAR ISI

Kata pengantar............................................................................ i
Daftar isi..................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1
A.      Latar belakang........................................................................................ 1
B.      Rumusan Masalah................................................................................... 2
C.      Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................. 3.....
A.    Awal Kedatangan Bangsa Belanda ke Negara Indonesia .............. ...3
B.     Pengaruh Peradaban Belanda Atas Struktur Budaya Indonesia............. 3   
a.       Di Bidang Pendidikan............................................................................. 3   
b.      Di Bidang Arsitektur............................................................................... 4
c.       Di Bidang Agama.................................................................................... 4
d.      Di Bidang Kesenian................................................................................. 5
e.       Dalam Bidang Bahasa ............................................................................ 5

C.     Berakhirnya Masa Penjajahan Hindia Belanda di Indonesia........... 5

BAB III PENUTUP................................................................... 7
A.    Kesimpulan.............................................................................................. 7
B.     Saran........................................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA............................................................... iii




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
                Belanda adalah  kolonial terlama yang menduduki bumi indonesia, yakni sekitar 3,5 abad. Setelah VOC mengalami kebangkrutan  yang  berujung pada keruntuhanya pada akhir abad ke-18. Kekuatan VOC sangat mutlak, sehingga menimbulkan berbagai perlawanan kerajaan kerajaan lokal . diantaranya adalah jayakarta dan mataram. Namun keruntuhan VOC sebagai suatu lembaga perusahaan yang monopolistik tidak dapat di cegah lagi. Bagunan usahanya di makan korupsi , penyalah gunaan jabatan dan nafsu kemewahaan.
            Pada tahun 1795 kerajaan belanda di bawah raja Willem V diguling oleh patriot republikan yaang di bantu oleh prancis. Status belanda menjadi republik benama republik Bataaf(Bataafse Republiek). Sebagai republik belanda menjadi sekutu prancis dalam melawan kelompok pro monarki yang di pelopori oleh inggris.
            Sementara itu inggris semakin meningkatakan kegiatannya di Asia, satu persatu wilayah VOC dapat di rebut, antara lain Hindustan, Ceylon, Persia Dan Malaka. Ingggris juga memblokade ekspor rempah rempah belanda ke eropa.  Akibatnya VOC mengalami kerugiaan besar, melihat VOC mulai kalah bersaing, Williem V memandang tidak masuk akal untuk tetap mempertahankan VOC.
            Maka, berdasarkan pasal 249 UUD Republik Bataaf (Belanda) 17 maret 1799, di bentuknya suatu badan untuk mngambil alih semua tanggung jawab atas hak milik dan hutang VOC.  Badan itu bernama Dewan Penyatuan Hak Milik Belanda di Asia (de Raad van Aziatische Bezittinangen en Etabilisementen). Pengambilan alih ini resmi di umukan di Batavia pada tanggal 8 agustus 1799. Pada tanggal 31 desember 1799 VOC dinyatakan bangkrut dan seluruh miliknya di bawah kekuasaan negara belanda.
            Setelah VOC jatuh bangkrut  dan kekuasaan Britania yang pendek di bawah Thomas Stamfrord Raffles, pemerintahan belanda mengambil alih kepemilikan VOC pada tahun 1816. Dengan di bubarkanya VOC maka indonesia secara resmi berada langsung di bawah kekuasaan kerajaan belanda dengan nama Hindia Belanda.








B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana awal kedatangan bangsa belanda ke indonesia?
2.      Apa saja pengaruh peradaban belanda atas budaya indonesia?
3.      Bagaimana berakhirnya masa penjajahan belanda di indonesia?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui awal kedatangan bangsa belanda ke indonesia.
2.      Mengetahui  pengaruh peradaban belanda atas budaya indonesia.
3.      Mengetahui berakhirnya masa penjajahan belanda di indonesia.



BAB II
PEMBAHASAN


A.   Awal Kedatangan Bangsa Belanda ke Negara Indonesia

            T
ahun 1596 adalah awal kedatangan Bangsa Belanda ke Negara Indonesia. Empat buah kapal yang dipimpin oleh Pieter Keyzer serta Cornelis de Houtman ini sampai ke pelabuhan Banten setelah menempuh perjalanan selama satu tahun lebih. kunjungan dari kapal Belanda ini ke daerah Banten kurang disambut baik karena sifat arogan yang ditunjukkan oleh Cornelis de Houtman. Kemudian dua tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1598 Belanda mencoba lagi kembali ke Indonesia di bawah pimpinan Jacob Van Neck, dan mereka berhasil disambut baik oleh penguasa Banten saat itu karena mereka telah belajar dari kesalahan Cornelis de Houtman. Akhirnya, Belanda diperbolehkan untuk melakukan perdagangan di kawasan pelabuhan Banten. Tujuan awal Belanda adalah untuk berdagang rempah-rempah, namun setelah mereka berhasil mendapatkan keuntungan melimpah serta menemukan daerah sumber rempah-rempah, Belanda mulai melakukan aksi monopoli perdagangan dan sejarah penjajahan Belanda di Indonesia pun dimulai.[1]

B.   Pengaruh Peradaban Belanda Atas Struktur Budaya Indonesia

a.       Di Bidang Pendidikan
            Salah satu pengaruh peradaban Belanda atas struktur budaya Indonesia adalah pendidikan. Sistem pendidikan Belanda bersaing dengan sistem pendidikan lokal Indonesia yang umumnya berupa pecantrikan dan mandala. Juga, sekolah-sekolah Belanda mulai menyaingi pesantren, lembaga pendidikan yang banyak dipengaruhi Islam.

            Sekolah, sebagai basis proses pendidikan formal Indonesia saat ini, merupakan wujud nyata membekasnya pengaruh Belanda. Peserta didik dibagi ke dalam lokal-lokal menurut rombongan belajar, di setiap kelas peserta didik duduk dalam beberapa banjar menghadap ke depan, dan guru berdiri di muka kelas selaku narasumber utama belajar. Ini serupa dengan struktur kelas di dalam gereja sejak masa skolastik Eropa. Namun, sistem persekolahan Belanda awalnya bersifat segregatif. Ada sekolah khusus Belanda dan Eropa seperti Europesche Lagere School (ELS), untuk Tionghoa semisal Hollands Chinese School, ataupun Indlansche School untuk pribumi.
            tujuan pembentukan sistem pendidikan Belanda bagi orang Indonesia sekadar untuk menyediakan tenaga ahli yang terampil, terdidik dan murah untuk mengerjakan administrasi kolonial. Ini guna mengantisipasi meluasnya wilayah kekuasaan Belanda. Luasnya wilayah kelola tentu diiringi kerumitan serupa dalam tata administrasinya. Tujuan lainya adalah untuk mengarahkan pendidikan bagi masyarakat indonesia agar terbebas dari kebodohan, sehingga mampu menyediakan tenaga ahli dan terdidik dalam segala bidang.

            Dalam perkembangan selanjutnya sekolah sekolah ini telah memunculkan sekelompok intelektual muda berbakat yang sangat berpengaruh. Dalam sejarah indonesia selanjutnya, mereka adalah orang orang yang menjadi pelopor pencerahan bagi seluruh rakyat indonesia supaya timbulnya perasaan persatuan dan nasionalisme (kebangsaan) sehingga mengantarkan indonesia kedepan pint gerbang kemerdekaan, walapun dari sana masih perlu menempuh waktu yang relatif panjang.[2]

b.      Di Bidang Arsitektur
            Peninggalan budaya Belanda lain di bidang arsitektur  adalah rumah tinggal. Seperti diketahui, orang-orang Belanda kebanyakan tinggal di sentra-sentra kegiatan ekonomi di mana tanah dan material bangunannya cukup mahal. Selain orang biasa, konstruksi bangunan Belanda juga banyak dipakai oleh keluarga-keluarga priyayi Indonesia. Misalnya raja-raja Indonesia seperti di Banten dan Yogyakarta membangun rumah kediaman mereka serupa dengan konstruksi rumah-rumah Belanda. Bangunan Belanda kerap disebut puri Belanda, yang juga berfungsi sebagai basis pertahahan terakhir tatkala terjadi perang. Umumnya, gedung perkantoran Belanda di Indonesia dibangun bergaya Yunani-Romawi Kuno. Cirinya adalah bangunannya besar-besar, pilar besar dan tinggi di bagian depan, hiasan doria dan ionia dari Yunani.
            Seni pada bangunan masa penjajahan mengunakan gaya Eropa seperti pada Benteng Vredeburg di Yogyakarta. Penjajahan kolonial Belanda sangat berpengaruh terhadap adanya teknologi dan seni bangunan di wilayah Indonesia. Teknologi pada bangunan modern dikenalkan oleh Bangsa Barat di berbagai daerah di wilayah Indonesia.

c.       Di Bidang Agama
            Pengaruh kolonial yang lain adalah persebaran agama Kristen di Indonesia. Penyebaran agama Kristen sangat intensif seiring dengan datangnya Bangsa-bangsa Barat ke Indonesia pada abad ke-16. Kedatangan Bangsa-bangsa Barat itu semakin memantapkan dan mempercepat penyebaran Agama Kristen di Indonesia.
            Naiknya dominasi Belanda membuat pergerakan misionaris Katolik Portugis tersendat untuk kemudian digantikan zending Protestan Belanda. Kekuatan pengaruh Katolik Portugis hanya tersisa di Flores dan Timor. Pengaruh Belanda di bidang agama terutama di Sumatera Utara (terutama di Tanah Batak), Sulawesi Utara (terutama di Manado dan Minahasa), Kepulauan Maluku (terutama di Ambon), Papua (termasuk Papua Barat), serta Sulawesi Tengah-Selatan (terutama Tana Toraja).[3]

d.      Di Bidang Kesenian
            Perubahan kesenian juga terjadi terutama di masyarakat perkotaan yang mulai mengenal tarian-tarian Barat. Kebiasaan dansa dan minum-minuman yang dikenalkan para pejabat Belanda berpengaruh pada perilaku sebagian masyarakat Indonesia.
            Seputar pengaruh budaya Belanda, Djoko Sukiman menjelaskan terbitnya kebudayaan Indis. Indis adalah kebudayaan campuran antara budaya Belanda dengan Pribumi. Indis terutama berkembang di pulau Jawa antara abad ke-18 hingga 19. Kebudayaan Indis dapat diidentifikasi pada pelacakan pengaruh budaya Belanda atas tujuh unsur budaya universal (yang awalnya dimiliki kalangan pribumi) yaitu bahasa, peralatan dan perlengkapan hidup manusia, matapencarian hidup dan sistem ekonomi, sistem kemasyarakatan, kesenian, ilmu pengetahuan dan religi. Namun, praktek budaya Indis lebih dialami masyarakat pribumi di Jawa, khususnya kalangan menengah ke atas.[4]

e.       Dalam Bidang Bahasa
            bahasa banyak bahasa-bahasa Belanda yang sedikit banyak memengaruhi pada kosa kata di Bahasa Indonesia. Beberapa kata yang merupakan serapan dari Bahasa Belanda antara lain : Kulkas = Koelkast, Kamar (ruangan) = Kamer, Saklar = Schakelaar, Kenop = Knopje, Keran = Kraan, Kubus = Kubus, Dus = Doos, Soak = Zwak, dan Baut, mur = Bout, Moer


C.    Berakhirnya Masa Penjajahan Hindia Belanda di Indonesia

            Penjajahan Belanda terhadap Indonesia benar-benar berakhir saat Pemerintah Jepang melakukan penyerangan. Tanggal 27 Februari 1942 tentara Jepang berhasil mengalahkan armada gabungan dari Negara Amerika, Inggris, Belanda, dan Australia. Kemudian, di bawah pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura, tentara Jepang mulai menginjakkan kaki ke Pulau Jawa. Di sana Letnan Jenderal Hitoshi Imamura mengancam akan menyerang Belanda apabila tidak segera menyerah. Pada akhirnya setelah mengalami kekalahan terus menerus dari pihak Jepang, Tjarda van Starkenborgh Stachouwer sebagai Jenderal Hindia Belanda menyerah dan dan ditangkap. Hal ini menjadi tanda dimulainya 
masa penjajahan Jepang di Indonesia sekaligus berakhirnya sejarah penjajahan Belanda di Indonesia.

                 Bagii belanda, kekalahan yang di deritanya membuat mereka kehilangan wilayah jajahanyang paling besar dan mengguntungkan. Tidakalh heran apabila dalam pameo orang belanda masa itu terkenal ucapan,” Indie Verloren, Ramspoed Geboren, hindia belanda hilang, indonesia pun lahir. Hal itu baru terjadi setelah tiga setegah tahun penduduk militer jepang  yang brutal meninggalkan indonesia, dan kemerdekaan indonesia di proklamasikan pada tanggal 17 agustus 1945.





BAB III
PENUTUP
A.     KESIMPULAN
            Belanda adalah kolonial paling lama yang menjajah indonesia, belanda menjajah indonesia sekitar 350 tahun. Banyak peninggalan peninggalan budaya belanda yang terdapat di indonesia, seperti kebudayaan Indis.kebudayaan ini adalah kebudayaan campuran antara budaya Belanda dengan Pribumi. Kebudayaan Indis berkembang di pulau Jawa antara abad ke-18 hingga 19. Kebudayaan Indis dapat diidentifikasi pada pelacakan pengaruh budaya Belanda atas tujuh unsur budaya universal (yang awalnya dimiliki kalangan pribumi) yaitu bahasa, peralatan dan perlengkapan hidup manusia, matapencarian hidup dan sistem ekonomi, sistem kemasyarakatan, kesenian, ilmu pengetahuan dan religi. Namun, praktek budaya Indis lebih dialami masyarakat pribumi di Jawa, khususnya kalangan menengah ke atas.
            Bukan hanya budaya indis, peninggalan lainya adalah di bidang pendidikan, awal terbentuknya pendidikan di indonesia adalah pada masa hindia belanda, yaitu pada saat belanda menerapkan sistem tanam paksa yang menyebabkan penderitaan bagi rakyat pribumi, seperti kemiskinan, kelaparan, kematian, bahkan ada juga penduduk yang meninggalkan tanah kelahiranya untuk menghindari diri dari sistem tanam paksa oleh pemeintah belanda. Pada abad ke 19 muncullah gerakan humanis di belanda yang di pelopori oleh Conrad Theodore Van Deventer,gerakan ini menuntut perubahan bentuk yang hanya menguntungkan sepihak menjadi hubngan yang saling menguntungkan. Van Deventer meyerukan agar di lakukan sedikit perhatian khusus guna memajukan negeri jajahan. Menteri tanah jajahan belanda, Frans Van de putte, yang memperkenalkan sistem pendidikan barat sekitar tahun 1884, tujuan pengembangan ini untuk menghasilakan tenaga administrasi belanda yang terampil, terdidik,dan murah.


B.   Saran
            Dengan ditulisnya makalah yang menjelaskan tentangSejarah Kolonialisme Belanda di Indonesia”  kami berharap makalah dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.



[1] Adi Sudirman, Sejarah Lengkap Indonesia, Diva Press, Jogjakarta,2014,hal 250
[2] Ibid....Hal 272
[3] Supartono Widyosiswoyo, Sejarah Kebudayaan Indonesia, Jakarta:Universitas Trisakti,2006, h.160.
[4] Djoko Sukiman, Kebudayaan Indis: Dari Zaman Kompeni sampai Revolusi, Jakarta, Komunitas Bambu, 2011, h. 2.



DAFTAR PUSTAKA

Adi Sudirman, Sejarah Lengkap Indonesia, Diva Press, Jogjakarta,2014
Supartono Widyosiswoyo, Sejarah Kebudayaan Indonesia, Jakarta:Universitas Trisakti,2006.

Djoko Sukiman, Kebudayaan Indis: Dari Zaman Kompeni sampai Revolusi, Jakarta, Komunitas Bambu, 2011.

RAGAM ADAT DAN BUDAYA ACEH


KATA PENGANTAR

            Alhamdulilah puji syukur kita panjatkan kepda ALLAH SWT  yang masih memberikan nafas kehidupan, sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya dengan judul”Ragam Adat Dan Budaya Aceh”. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada bapak Muhammad Yunus Ahmad,S.Hum,M.Us sebagai dosen pengasuh  mata kuliah Sejarah Adat Dan Budaya Aceh.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat dan khususnya bagi pembaca pada umumnya. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis berharap bagi pembaca dapat memberi kritik atau saran yang membagun untuk kesempurnaan makalah ini.


















DAFTAR ISI

Kata pengantar....................................................................................................... i
Daftar isi............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
A.      Latar belakang........................................................................................... 1
B.      Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C.      Tujuan....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................. 3
A.    Aceh ........................................................................................................ 3
B.     Ragam adat di aceh................................................................................. 4
a.       Adat tullah.......................................................................................... 4
b.      Adat mahkamah.................................................................................. 5
c.       Adat tunah.......................................................................................... 5
C.     Budaya di aceh........................................................................................ 5
D.    Seni dalam budaya aceh.......................................................................... 6
a.       Seudati................................................................................................ 6
b.      Laweut................................................................................................ 6
c.       Seni rupa dalam budaya aceh.............................................................. 7
d.      Seni arsitektur dalam budaya aceh...................................................... 7
E.     Upacara perkawinan adat aceh................................................................ 7
BAB III PENUTUP........................................................................................ 10
A.    Kesimpulan............................................................................................ 10
B.     Saran...................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... iii




 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki suku dan budaya yang beraneka ragam. Masing-masing budaya daerah saling memperngaruhi dan dipengaruhi oleh kebudayaan daerah lain maupun kebudayaan yang berasal dari luar Indonesia. Salah satu kebudayaan tersebut adalah kebudayaan Aceh. Dilihat dari kebudayaannya, Aceh memiliki budaya yang unik dan beraneka ragam. Karena letaknya yang strategis dan juga Aceh merupakan jalur perdagangan, maka kebudayaan Aceh ini banyak dipengaruhi oleh budaya-budaya melayu, dan Timur Tengah. Beberapa budaya yang ada sekarang adalah hasil dari akulturasi antara budayamelayu, Timur Tengah dan Aceh sendiri.
Suku bangsa yang mendiami Aceh merupakan keturunan orang-orang melayu dan Timur Tengah, hal ini menyebabkan wajah-wajah orang Aceh berbeda dengan orang Indonesia yang berada di wilayah lain. Sistem kemasyarakatan suku bangsa Aceh, mata pencaharian sebagian besar masyarakat Aceh adalah bertani, tetapi tidak sedikit juga yang berdagang. sistem kekerabatan masyarakat Aceh mengenal Wali, Karong dan Kaom. Agama Islam adalah agama yang paling mendominasi di Aceh oleh karena itu Aceh mendapat julukan Serambi Mekah. Dari struktur masyarakat Aceh dikenal gampong, mukim, nanggroe dsb.












A.    Rumusan masalah
1.         Mengetahui suku-suku di aceh?
2.         Apa saja ragam adat di aceh?
3.         Apa saja ragam budaya di aceh?
4.         Apa saja seni dalam budaya aceh?


B.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui suku suku di aceh
2.      Untuk mengetahui ragam adat di aceh
3.      Untuk mengetahui ragam budaya di aceh
4.      Untuk mengetahui  seni dalam budaya aceh



















BAB II
PEMBAHASAN
A.       ACEH
Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki aneka ragam budaya yang menarik khususnya dalam bentuk tarian, kerajinan dan perayaan. Di Provinsi Aceh terdapat delapan suku  yaitu:
Suku Aceh merupakan kelompok mayoritas yang mendiami kawasan pesisir Aceh. Orang Aceh yang mendiami kawasan Aceh Barat dan Aceh Selatan terdapat sedikit perbedaan kultural yang nampak nya banyak dipengaruhi oleh gaya kebudayaan Minangkabau. Hal ini mungkin karena nenek moyang mereka yang pernah bertugas diwilayah itu ketika berada di bawah protektorat kerajaan Aceh tempo dulu dan mereka berasimilasi dengan penduduk disana. 
Suku Gayo dan Alas merupakan suku minoritas yang mendiami dataran tinggi di kawasan Aceh Tengah dan Aceh Tenggara. Kedua suku ini juga bersifat patriakhat dan pemeluk agama Islam yang kuat.
Suku tamiang mendiami enam kecamatan di kabupaten aceh timur, yaitu kecamatan karang baru, kecamatan kejuruan muda, kota kuala simpang, kecamatan seruay, tamiang hulu dan kecamatan bendahara.
Suku kluet mendiami dua kecamatan di kabupaten aceh selatan yaitu kecamatan kluet utara dan kluet selatan. Bahasa sehari hari yang di gunakan adalah bahasa kluet, dan mata pencaharian orang kluet adalah pada umumnya adalah sebagai petani, berkebun dan berladang.
Suku singkil adalah salah satu suku asal yang terdapat di NAD. Orang singkil mendiami 4 kecamatn, yaitu kecamatan singkil, simpang kanan, simpan kiri dan kecamatan pulau banyak. Adat istiadat berkembang dari hasil asimilasi kalangan orang singkil dengan adat aceh, minangkabau, mandailing, dan nias.
Suku aneuk jamee menurut beberapa sumber berasal dari minangkabau, diantaranya daerah riau, pariaman, lubuk sikaping, dan pasaman. Suku minangkabau ini bermigrasi ke pantai barat aceh di mulai sejak abad ke 17. Orang orang minangkabau yang datang berdomisili di pesisir barat aceh di anggap sebagai tamu yang berasimilasi dengan penduduk ssetempat (tamu daam bahasa aceh di sebut jamee).
Suku simeulue  pada umumnya mendiami pulau simeulue dan pulau simeulue dan pulau pulau kecil di sekitarnya. Pulau simeulue terletak di lepas pantai barat NAD di sumatra indonesia. Pulau simeulue terkenal dengan penghasilan cengkeh, kelapa, kerbau, kayu, sagu dan lain lain. Bahasa simulue terdiri atas dua bahasa daerah yaitu di sebut bahasa pulau (Ulau).[1]

B.      RAGAM ADAT DI ACEH
Adat aceh sebenarnya sangat tinggi nilainya, karena adat tersebut di masa pemerintahan kerajaan Aceh Darussalam sebagi dasar atau pedoman bagi pemeritahan untuk di jadikan landasan tegakny pemerintahan serta pelaksananya, karena daat di buat untuk untuk di laksanakan dan menjadi benteng agama yaitu Agama Islam. Adat aceh lebih dekat dengan unsur syari’at islam maka adat tersebut lebih bernuansa islami. Adat di Aceh di bagi atas bebrapa bagian (kelompok) yaitu:
·         ADAT TULLAH
·         ADAT MAHKAMAH
·         ADAT TUNAH

a)    Adat Tullah
Adat Tullah adalah suatu ketentuan atau suatu persyaratan\ aturan yang berdasarkan\bersumber dari kitabullah(Al-Quran) dan hadis. Aturan tersebut tidak boleh di rubah-rubah, haus di sosialisasikan |disyiarkan dalam masyarakat, pada hakikatnya adat tulah ini merupakan unsur dari syariat islam.
b)             Adat Mahkamah
Yang termasuk dalam adat mahkamah( adat meukuta alam) anatra lain:
1.      Adat/ struktur pemerintahan
2.      Adat pemberian gelar
3.      Adat berpakaian
4.      Adat di bidaang etika/tata krama bermasyarakat.
5.      Adat hareukat/penghasilan seperti sungai, hutan, bercocok tanam, besawah dan lain-lainya.
c)     Adat tunah
            Adat Tunah asal katanya “Tunas” dalam bahasa Indonesia, sedangkan dalam bahasa Aceh tunah yang dimaksud dalam ungkapan ini adalah kiasan suatu yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, umpamanya tunas kayu pada pohon yang akan tumbuh cabang dan pada cabang tumbuh ranting, begitu juga pada rumpun bambu dan rumpun pisang bahwa pada pangkal pohonnya dalam rumpun tersebut tumbuh tunas anak bambu atau tunas anak pisang dan berkembang menjadi besar.
            Tunas itu berarti suatu adat yang mengalami perubahan atau mengalami pertumbuhan dengan munculnya adat-adat atau diadakan oleh seseorang secara pribadi untuk menggembirakan kelompok keluarga kemudian diikuti oleh keluarga lain, yang mengalami kemajuan pesat, acara tersebut menjadi keharusan/kebiasaan bagi masyarakat setempat. Oleh karena pertumbuhannya itu maka sudah muncul adat (kebiasaan) baru, kebiasaan baru itulah yang dinamakan Adat Tunah.[2]
C.               BUDAYA DI ACEH
Di daerah Aceh terdapat beberapa kebudayaan daerah yang menjadi ciri khas dari daerah Aceh. Salah satu dari budaya Aceh adalah seni tarian saman dan rapai geleng. tarian saman dan rapai geleng sangat terkenal di berbagai daerah di Indonesia. Hal itu karenakan ada gerakan yang unik dan khas dari tarian itu sendiri. Sehingga jikalau ada yang menyaksikan tarian saman atau rapai geleng, pasti orang tersebut akan langsung teringat kepada daerah asal tarian itu berkembang yaitu daerah Aceh. [3]
D.        SENI DALAM BUDAYA ACEH
Kesenian Aceh pada dasarnya mempunyai ciri yang amat nyata, yaitu Islam didalamnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh Islam yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat Aceh, terutama dalam kehidupan masyarakat Aceh masa lampau. Dalam masyarakat Aceh masa kini ajaran Islam itu tetap dipandang sebagai nilai yang esensial dan masih sangat besar pengaruhnya sekalipun disamping itu pengaruh dari budaya modern mulai besar pula. Dengan kata lain telah terjadi pergeseran. Malah dalam beberapa nilai konflik nilai-nilai dalam masyarakat Aceh sekalipun  nilai-nilai Islam masih tetap dominan.[4]
beberapa budaya dan seni Aceh diantara sekian banyak budaya dan seni kebanggaan masyarakat Aceh.
1.      Seudati
Seudati merupakan perpaduan antara seni tari, seni suara, seni sastra, karena selain dari menari, para pelaku juga sekaligus meyakinkan kisah-kisah yang tersusun secara bersajak dan dilagukan dengan berbagai lagu, pada permulaan sejarahnya, seudati itu berfungsi sebagai tari pahlawan yang dilaksanakan untuk melepaskan pasukan tentara yang akan berangkat ke medan juang dalam peperangan melawan musuh,- menyambut pasukan tentara yang pulang dari medan perang, lebih kalau pasukan itu pulang dengan membawa kemenangan, media dakwah, karena dalam kisah yang diucapkan bersajak itu, dapat diselipkan berbagai ajaran yang perlu didakwahkan.
Akan tetapi kemudian oleh karena kesenian tersebut sangat digemari oleh rakyat, maka diadakan juga pada waktu-waktu yang lain, bahkan dikampung-kampung. Akhirnya fungsi berubah menjadi hiburan rakyat dan dipertandingkan dengan pemungutan bayaran.
Para pelaku seudati terdiri dari delapan orang penari ditambah satu atau anak seudati yang bagus suaranya, oleh karena para seudati terdiri dari delapan orang maka dinamakan saman berasal dari bahasa Arab yang berarti delapan, dan oleh karena dalam permainan itu diceritakan bermacam-macam terutama sewaktu pertandingan, maka dinamakan ratooh.
2.      Laweut 
Perkataan laweut berasal dari perkataan “seulaweut” (seulaweut dalam bahasa Indonesia) ini juga merupakan antara seni tari, seni suara dan seni sastra. Tari ini lebih mirip dengan tari seudati, hanya pelakunya terdiri dari gadis-gadis, oleh karena itu juga dinamakan dengan nama “seudati inong” (Seudati Perempuan) tarin seudati ini berasal dari Aceh Pidie.
3.      Seni Rupa Dalam Budaya Aceh
Seni rupa juga berkembang di Aceh, akan tetapi perkembangannya sekarang tidak menonjol sebagaimana keadaan pada masa lampau, seni rupa yang berkembang di Aceh adalah seni arsitektur, seni ukir, dan seni dalam membuat sulaman, anyaman, keramik, kopiah meukutop dan rencong, seni pahat dan seni lukis tidak berkembang pada masa lampau, dari keduanya hanya seni lukis yang mulai berkembang sekarang, sebab tidak berkembangnya seni pahat dan seni lukis pada masa lampau di Aceh juga karena ajaran Islam.
4.      Seni Arsitektur Dalam Budaya Aceh
Seni Arsitektur Tercermin dari rumoh Aceh yang sekarang masih ada sisa-sisanya, bentuk dari rumah tradisional Aceh ini memanjang dari arah timur ke barat yang maksudnya dibuat demikian adalah untuk memudahkan menentukan arah kiblat. Dibagian sebelah barat maupun sebelah timur sejajar dengan kuda-kuda dan letaknya agak keluar, terdapat tolak angin (tulak angen) yang sepenuhnya berisi ukiran-ukiran yang merupakan kaligrafi yang berasal dari ayat-ayat al-Quran.
Demikian pula pada pintu rumah yang disebut juga Pinto Aceh serta pada kisi-kisi dan bingkai jendela terdapat juga ukiran-ukiran yang bermotif alam (misalnya bunga) dan kaligrafi huruf Arab.

1.      Tahapan Melamar (Ba Ranub)
Pada hari yang telah di sepakati datanglah rombongan orang2 yang dituakan dari pihak pria ke rumah orang tua gadis dengan membawa sirih sebagai penguat ikatan berikut isinya seperti gambe, pineung reuk, gapu, cengkih, pisang raja, kain atau baju serta penganan khas Aceh. Setelah acara lamaran iini selesai, pihak pria akan mohon pamit untuk pulang dan keluarga pihak wanita meminta waktu untuk bermusyawarah dengan anak gadisnya mengenai diterima-tidaknya lamaran tersebut.

2.      Tahapan Pertunangan (Jakba Tanda)
Bila lamaran diterima, keluarga pihak pria akan datang kembali untuk melakukan peukeong haba yaitu membicarakan kapan hari perkawinan akan dilangsungkan, termasuk menetapkan berapa besar uang mahar (disebut jeunamee) yang diminta dan beberapa banyak tamu yang akan diundang. Biasanya pada acara ini sekaligus diadakan upacara pertunangan (disebut jakba tanda).
3.      Persiapan Menjelang Perkawinan
Seminggu menjelang akad nikah, masyarakat aceh secara bergotong royong akan mempersiapkan acara pesta perkawinan. Mereka memulainya dengan membuat tenda serta membawa berbagai perlengkapan atau peralatan yang nantinya dipakai pada saat upacara perkawinan. Adapun calon pengantin wanita sebelumnya akan menjalani ritual perawatan tubuh dan wajah serta melakukan tradisi pingitan. Selam masa persiapan ini pula, sang gadis akan dibimbing mengenai cara hidup berumah tangga serta diingatkan agar tekun mengaji.
Selain itu akan dialksanakan tradisi potong gigi (disebut gohgigu) yang bertujuan untuk meratakan gigi dengan cara dikikir Agar gigi sang calon pengantin terlihat kuat, Setelah itu calon pengantin melanjutkan dengan perawatan luluran dan mandi uap
Selain tradisi merawat tubuh, calon pengantin wanita akan melakukan upacara kruet andam yaitu mengerit anak rambut atau bulu-bulu halus yang tumbuh agar tampak lebih bersih lalu dilanjutkan dengan pemakaian daun pacar (disebut bohgaca) yang akan menghiasi kedua tangan calon pengantin. Daun pacar ini akan dipakaikan beberapa kali sampai menghasilkan warna merah yang terlihat alami.
Setelah itu, acara dilanjutkan dengan mengadakan pengajian dan khataman AlQuran oleh calon pengantin wanita yang selanjutnya disebut calon dara baro.Sesudahnya, dengan pakaian khusus, calon dara baro mempersiapkan dirinya untuk melakukan acara siraman (disebut seumano pucok) dan didudukan pada sebuah tikaduk meukasap. 

4.      Upacara Akad Nikah Dan Antar Linto/Antar Dara Baroe
Pada hari H yang telah ditentukan, akan dilakukan secara antar linto (mengantar pengantin pria). Saat akad nikah berlangsung, ibu dari pengantin pria tidak diperkenankan hadir tetapi dengan berubahnya waktu kebiasaan ini dihilangkan sehingga ibu pengantin pria bisa hadir saat ijab kabul. Keberadaan sang ibu juga diharapkan saat menghadiri acara jamuan besan yang akan diadakan oleh pihak keluarga wanita.
Setelah ijab kabul selesai dilaksanakan, keluarga Calon Linto Baroe akan menyerahkan jeunamee yaitu mas kawin berupa sekapur sirih, seperangkat kain adat dan paun yakni uang emas kuno seberat 100 gram. Setelah itu dilakukan acara menjamu besan dan seleunbu linto/dara baro yakin acara suap-suapan di antara kedua pengantin. Makna dari acara ini adalah agar keduanya dapat seiring sejalan ketika menjalani biduk rumah tangga.[5]

5.      Upacara Peusijeuk
Yaitu dengan melakukan upacara tepung tawar, memberi dan menerima restu dengan cara memerciki pengantin dengan air yang keluar dari daun seunikeuk, akar naleung sambo, maneekmano, onseukee pulut, ongaca dan lain sebagainya minimal harus ada tiga yang pakai. Acara ini dilakukan oleh beberapa orang yang dituakan(sesepuh) sekurangnya lima orang.[6]












BAB III
PENUTUP
A.     KESIMPULAN
selama ini banyak daripada generasi Aceh yang tidak mengenal akan budaya nenek moyang mereka, mereka lebih mengenal akan budaya-budaya asing (budaya barat) yang sama sekali tidak cocok dengan kultur kita masyarakat Aceh  ini merupaka sebuah dilema bagi kelestarian budaya yang sangat kita cintai ini, padahal seharusnya kita harus bangga dengan budaya kita itu yang berbeda dengan budaya-budaya lain yang ada di dunia ini.

Semua pihak harus bangkit dan bersatu menyelamatkan budaya kita, semua kita harus mempunyai rasa memiliki dan rasa mencintai terhadapa budaya yang kita miliki, setiap bangsa yang lupa akan budayanya maka bangsa tersebut akan kehilangan jati diri. Mari kita bangkitkan kembali rasa cinta terhadap budaya kita kepada segenap generasi kita sejak dini sebelum semuanya terlambat.

B.   Saran
          Dengan ditulisnya makalah yang menjelaskan tentangRagam Adat Dan Budaya Aceh”  kami berharap makalah dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.





[1] Muhammad Umar,Peradaban Aceh,CV. Boebon Jaya, Banda Aceh,2008,ha l69-75
[2] Ibid, hal 78
[3] Saifudin,Bunga Rampai Temu Budaya Nusantara, Syiah Kuala University Press, Banda Aceh,1998,hal 163
[4] Anton widyanto, menyorot nanggroe, pena, banda aceh, 2007, hal 271
[5] Saifudin,Bunga Rampai Temu Budaya Nusantara, Syiah Kuala University Press, Banda Aceh,1998,hal 437
[6] Muhammad Umar,Peradaban Aceh,CV. Boebon Jaya, Banda Aceh,2008,hal 190








DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Umar,Peradaban Aceh,CV. Boebon Jaya, Banda Aceh,2008
Saifudin,Bunga Rampai Temu Budaya Nusantara, Syiah Kuala University Press, Banda Aceh,1998
Anton widyanto, menyorot nanggroe, pena, banda aceh, 2007